Saya tidak akan lupakan selama lamanya bagaimana pandangan mata ayah. Ibu bersama makcik dan nenek saya berada di sebuah ruangan, bersama-sama membuat kuih-muih untuk menyambut hari raya. Ayah memandang ibu dan berkata , "Ya Ummu Wafa, apakah engkau akan membuat roti sedangkan ada 12 orang kader al-Ikhwan gugur di Palestin.." Selepas itu ayah meminta salah seorang pembantunya mengemas semua peralatan membuat roti dan kuih. Ibu saya tidak meneruskan usaha membuat roti dan sejak hari itu, ibu memang tidak pernah membuat roti lagi di rumah... (Petikan dari buku Cinta Di Rumah Hasan Al Banna)
Ketika dihadapkan dengan pemergian allahyarham suami, entah mengapa aku sering mengingati peristiwa di Masjidil Haram. Begitu berat kesedihan yang ku tanggung, tentunya lebih berat lagi bagi wanita itu menerima berita kehilangan orang tersayang ketika sedang berada jauh di permusafiran. Jika pernyataan ini mampu menghiburkan hatinya maka dia sebenarnya beruntung kerana menerima berita itu di rumah Allah yang sangat mulia.
Tarbiyyah perjalanan Haji bukan sekadar mulut mengatakan kami beriman tetapi ia adalah pernyataan yang menuntut amal dan tindakan. Perang sudah barang tentu tentu membawa musibah dan penderitaan, namun melihat dari sudut yang lebih makro, ia juga peluang untuk manusia menebus kafarah dosanya dan jika manusia mampu bersabar maka balasan yang menanti adalah kebaikan. Semuga aku belajar lebih peduli tentang dunia dan seisinya, lebih emphati terhadap berbagai rupa penderitaan di sekelilingku.
No comments:
Post a Comment